Monday, April 14, 2014

KOPASSUS (Komando Pasukan Khusus)




Komando pasukan khusus atau lebih dikenal dengan sebutan Kopassus dengan ciri khas Baret Merah, Pisau Komando dan loreng darah mengalir. Kopassus memiliki  prajurit yang memilki kemampuan dan keterampilan khusus di bidang metal, fisik, taktik dan tehnik untuk melaksanakan operasi khusus terhadap sasaran yang bersifat strategis terpilih. Kesatuan ini telah mampu berprestasi memberantas pemberontak DI/TII, PRRI, Permesta, Pembebasan Irian Barat, menumpas pemberontakan komunis, membebasakan sandera di pesawat Woyla Don Muang Bangkok, pembebasan sandera peneliti Tim Loren di Mapenduma Iraian Jaya, menumpas gerakan pengacau keamanan di bumi Nusantara dan ikut serta partisifasi dalam pembebasan sandera di KM.Sinar Kudus serta penugasan-penugasan misi perdamaian di luar negeri merupakan bukti konsistensi pengabdian "Korps Baret Merah" sesuai Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Janji Prajurit Komando.
Kopassus  merupakan satuan yang bercirikan daya gerak, daya tempur dan daya tembak yang tinggi. Mampu beroperasi dengan tidak tergantung pada waktu, tempat, cuaca atau kondisi medan yang bagaimanapun sulitnya di 3 matra (darat,laut maupun udara). Sebagai satuan khusus, Kopassus memiliki spesialisasi-spesialisasi kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya. Markas Komando di Cijantung Jakarta Timur merupakan pusat pengambilan keputusan yang secara cepat dapat diterusan  ke Grup-Grup operasional, Grup-1 Kopassus di Serang, Banten dan Grup-2 Kopassus di Kartasura, Jawa Tengah merupakan Satuan Para Komando yang mempunyai kemampuan masuk dan meninggalkan daerah lawan dengan kecepatan dan pendadakan yang tinggi, menggunakan berbagai sarana dan dalam kondisi medan bagaimanapun sulitnya untuk melumpuhkan serta menghancurkan sasaran yang ditargetkan dengan taktik dan tehnik bertempur yang dimilki seperti operasi Komando, Raid, Gerilya lawan Greilya serta dapat mengambil bagian dalam operasi Lintas Udara, Mobilitas Udara dan operasi Amphibi..
Grup-3 Kopassus yang berkedudukan di Cijantung adalah pasukan Sandi Yudha yang mampu melakukan infiltrasi dan eksfiltrasi ke daerah lawan dengan cara yang sangat tertutup untuk melaksanakan tugas pokonya. Sebagai satuan yang berintelektual tinggi dan bermental baja Sandi Yudha hidup dari sumber setempat dengan memanfaatkan potensi wilayah serta mampu melaksanakan pertempuran dengan kelompok kecil hingga perorangan. Satuan-81 Kopassus di Cijantung adalah satuan penanggulangna teror yang mampu melaksanakan operasi anti teror dari berbagai objek sperti gedung, Bus, Kapal, Kereta Api, hingga Pesawat Udara baik di daerah sendiri maupun di daerah lawan. Operasi penghancuran dan operasi penjinakan bahan peledak merupakan salah satu ciri khas Satuan-81 Kopassus yang terus menerus menmpa diri dengan latihan-latihan.
Kehandalan prajurit Kopassus dalam mengantisifasi tugas masa depan sangat ditentukan oleh wujud pendidikan dan latihan yang dilaksanakan  secara sistematik dan berkesinambungan. Pusat pendidikan Latihan Pasukan Khusus atau Pusdipassus berada di Batujajar,Bandung adalah kawah Candradimuka yang membentuk prajurit Kopassus masa depan yang handal. Dari Pusat Pendidikan inilah dengan dukungan sarana yang memadai dan prajurit pelatih yang menerapkan disiplin baja diharapkan lahir prajurit-prajurit yang mahir dan handal. Ciri khas pendidikan Komando adalah para pelatih selalu konsisten dan adil bukan berdasarkan kepangkatan peserta didik melainkan karena semata-mata karena prestasi dan kemampuannya.
Prajurit Komando yang tanguh memerlukan manusia-manusia yang bersikap pantang menyerah, tabah dan ulet, memilki disiplin yang tinggi dan kejujuran serta keikhlasan sebagai ciri sikap Ksatria sejati. Latihan keras dalam bidang teknis kemilteran bertujuan untuk membentuk prajurit Komando yang cakap dan terampil dalam olah yudha dan memilki mental baja. Setelah menjalankan pendidikan Komando dan Spesialisasi dasar para prajurit Kopassus siap untuk ditempatkan di  Grup-Grup Operasional untuk melaksanakan penugasan sesungguhnya..
Kopassus dengan motto "Lebih Baik Pulang Nama Dari Pada gagal Dalam Tugas" selalu meberikan pengabdian yang terbaik untuk Nusa dan Bangsa. Prajurit Kopassu telah mengharumkan nama Bangsa Indonesia di mata Internasional dengan berbagai prestasinya seperti pencapaian puncak gunung tertinggi di dunia Mount Everest, memecahkan rekor Asia dalam kerjasama di udara antar canopi (CRW) dengan formasi 17 penerjun bersusun tegak. Tantangan untuk selalu siaga mengamankan kedauulatan Bangsa tetap menghadang, Korps Baret Merah selalu siap hari ini dan hari esok, siang dan malam, jaya di darat laut dan udara. "Merah Baretku adalah Merah Darahku" yang siap tumpah membasahi bumi demi tetap tegaknya Sangsaka Merah Putih di pangkuan Ibu Pertiwi. Komando Pasukan Khusus yang disingkat menjadi KOPASSUS adalah bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khususyang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera diIrian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini. Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil..



Ini cerita tentang the first British SAS soldiers killed by a South East Asian soldier (yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus). Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malingsial. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah. Saat itu, batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. Batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke Kalimantan Barat. Mereka mendarat di Pontianak pada Februari 1965, dan segera setelah itu berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.
Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooperdan beberapa orang SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan dengan langsung melenyapkan pos tersebut.
Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km. Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misireconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya..
Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut. Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan. Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B (Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.
Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, danBangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau. Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya. Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.
Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut. Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian.. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.
Pada jam 04.30 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh. Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris.. Hal ini memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.
Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.
Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini. Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul “Para! Fifty Years of the Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut. Lucunya klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2 orang. Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka. Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.

sumber : http://www.kopassus.mil.id/


No comments:

Post a Comment