Genre / Jenis adalah Sebuah METODE
UNTUK Indetifiksasi menentukan Jenis / tipe Dari film. Cara membaca Genre dapat
di lihat Dari berberapa Aspek, ANTARA lain:
* Mengatur Film
* Mood Film
* Format Film (animasi)
* Umur, Grup penonton (anak-anak, remaja, dewasa)
* Mood Film
* Format Film (animasi)
* Umur, Grup penonton (anak-anak, remaja, dewasa)
Jenis-Jenis Genre di Film:
* Tindakan
* Petualangan
* Komedi
* Kejahatan / gangster
* Drama
* Epik / sejarah
* Horor
Musik *
* Scient fiksi
* Perang
* Barat
* Petualangan
* Komedi
* Kejahatan / gangster
* Drama
* Epik / sejarah
* Horor
Musik *
* Scient fiksi
* Perang
* Barat
Genre film terbagi lagi menjadi Sub-Genre, ANTARA lain:
* Film biografi
* ‘Chick’ film (atau Film Gal)
* Detektif / Misteri Film
* Bencana Film
* Fantasi Film
* Film Noir
* ‘Guy’ Films
* Melodrama atau Wanita “Weepers”
* Jalan Film
* Romantis Film
* Olahraga Film
* Film Supernatural
* Thriller / Film Ketegangan
* ‘Chick’ film (atau Film Gal)
* Detektif / Misteri Film
* Bencana Film
* Fantasi Film
* Film Noir
* ‘Guy’ Films
* Melodrama atau Wanita “Weepers”
* Jalan Film
* Romantis Film
* Olahraga Film
* Film Supernatural
* Thriller / Film Ketegangan
Genre Aksi
Film action biasanya termasuk
energi tinggi, besar anggaran stunts fisik dan mengejar, mungkin dengan
penyelamatan, pertempuran, perkelahian, lolos, krisis destruktif (banjir,
ledakan, bencana alam, kebakaran, dll), non-stop gerak, ritme spektakuler dan
mondar-mandir , dan petualang, sering ‘baik-pria’ dua dimensi pahlawan (atau
baru, pahlawan) berjuang melawan ‘orang jahat’ – semua yang dirancang untuk
eskapisme penonton murni. Termasuk mata-mata / spionase seri ‘fantasi’ James
Bond, film seni bela diri, dan apa yang disebut ‘blaxploitation’ film. Sebuah
sub-genre utama adalah film bencana. Lihat juga Bencana Terbesar dan Adegan
Film Crowd dan Terbesar Adegan Chase Classic dalam Film.
Genre Petualangan
Film petualangan biasanya cerita
menarik, dengan pengalaman baru atau locales eksotis, sangat mirip atau sering
dipasangkan dengan genre film aksi. Mereka dapat mencakup swashbucklers
tradisional, film serial, dan kacamata sejarah (mirip dengan genre film epik),
pencarian atau ekspedisi untuk benua yang hilang, “hutan” dan “padang pasir”
epos, berburu harta karun, film bencana, atau mencari yang tidak diketahui.
Genre Komedi
Komedi ringan-hati plot konsisten
dan sengaja dirancang untuk menghibur dan memprovokasi tawa (dengan
satu-liners, lelucon, dll) dengan melebih-lebihkan situasi, bahasa, tindakan,
hubungan dan karakter. Bagian ini menjelaskan berbagai bentuk komedi melalui
sejarah sinematik, termasuk slapstick, sinting, parodi dan parodi, komedi
romantis, komedi hitam (komedi satir gelap), dan banyak lagi. Lihat Funniest
Moments situs ini Film dan koleksi Pemandangan – ilustrasi, dan juga 50 Majalah
Premiere yang Comedies Terbesar Sepanjang Masa.
Genre kejahatan / gangster
Kejahatan (gangster) film
dikembangkan di sekitar tindakan jahat dari penjahat atau mafia, khususnya
bankrobbers, angka bawah, atau penjahat kejam yang beroperasi di luar hukum,
mencuri dan membunuh jalan mereka melalui kehidupan. Film kriminal dan gangster
sering dikategorikan sebagai film noir atau detektif-misteri film – karena
persamaan mendasar antara bentuk-bentuk sinematik. Kategori ini mencakup
deskripsi berbagai film ‘pembunuh berantai’.
Genre Drama
Drama serius, plot-driven
presentasi, karakter realistis menggambarkan, pengaturan, situasi kehidupan,
dan cerita yang melibatkan pengembangan karakter dan interaksi yang intens.
Biasanya, mereka tidak berfokus pada efek khusus, komedi, atau tindakan, film
Drama mungkin genre film terbesar, dengan banyak subset. Lihat juga melodrama,
epik (drama historis), atau genre romantis. Film biografi Drama (atau
“biopics”) adalah sebuah sub-genre utama, seperti ‘dewasa’ film (dengan konten
subjek dewasa).
Epik / Film Sejarah
Epik meliputi drama kostum, drama
sejarah, film perang, romps abad pertengahan, atau ‘gambar masa’ yang sering
mencakup hamparan besar waktu yang ditetapkan terhadap latar belakang, luas
panorama. Elemen epik berbagi sering dari genre film petualangan yang rumit.
Epik mengambil peristiwa historis atau dibayangkan, tokoh mitos, legenda, atau
heroik, dan menambahkan pengaturan mewah dan kostum mewah, disertai dengan
keagungan dan tontonan, ruang lingkup yang dramatis, nilai-nilai produksi
tinggi, dan skor musik menyapu. Epik sering versi, lebih spektakuler mewah
sebuah film biopic. Beberapa ‘pedang dan sandal’ film (atau film epik Alkitab
terjadi selama kuno) memenuhi syarat sebagai sub-genre.
Genre Horor
Film horor dirancang untuk
menakut-nakuti dan memanggil ketakutan tersembunyi kita yang terburuk, sering
kali di final, menakutkan mengejutkan, sementara menawan dan menghibur kita
pada saat yang sama dalam pengalaman katarsis. Film horor menampilkan berbagai
gaya, dari klasik Nosferatu awal diam, untuk monster CGI hari ini dan manusia
gila. Mereka sering digabungkan dengan fiksi ilmiah ketika ancaman atau rakasa
terkait dengan korupsi teknologi, atau ketika Bumi terancam oleh alien. Fantasi
dan genre film supranatural tidak biasanya identik dengan genre horor. Ada
banyak sub-genre horor: pedang, teror remaja, pembunuh berantai, setan,
Dracula, Frankenstein, dll Lihat Moments Film paling menakutkan situs ini dan
koleksi Scenes – diilustrasikan.
Genre Musik
Film musik / tari bentuk sinematik
yang menekankan nilai skala penuh atau lagu dan tarian secara signifikan
(biasanya dengan pertunjukan musik atau tarian terintegrasi sebagai bagian dari
narasi film), atau mereka adalah film-film yang berpusat pada kombinasi musik ,
tari, lagu atau koreografi. Subgenre utama termasuk komedi musik atau film
konser. Lihat Greatest Moments situs ini Musik Film Lagu / Tari dan koleksi
Scenes – diilustrasikan.
Genre Sci-Fi
Sci-fi film sering quasi-ilmiah,
visioner dan imajinatif – lengkap dengan pahlawan, alien, planet yang jauh,
quests tidak mungkin, pengaturan tidak mungkin, tempat-tempat yang fantastis,
penjahat gelap dan gelap yang besar, teknologi futuristik, pasukan tak dikenal
dan diketahui, dan monster yang luar biasa ( ‘hal-hal atau makhluk dari
angkasa’), baik yang diciptakan oleh para ilmuwan gila atau malapetaka nuklir.
Mereka kadang-kadang cabang dari film fantasi, atau mereka memiliki beberapa kesamaan
dengan aksi / petualangan film. Fiksi ilmiah sering mengungkapkan potensi
teknologi untuk menghancurkan umat manusia dan mudah tumpang tindih dengan film
horor, terutama ketika teknologi atau bentuk kehidupan alien menjadi jahat,
seperti dalam “Zaman Atom” sci-fi film pada 1950-an
Genre Perang
Film perang mengakui kengerian dan
patah hati perang, membiarkan pertempuran pertarungan yang sebenarnya (melawan
bangsa-bangsa atau umat manusia) di darat, laut, atau di udara memberikan plot
primer atau latar belakang aksi film. Film perang sering dipasangkan dengan
genre lainnya, seperti aksi, petualangan, epik drama, romance, komedi (hitam),
ketegangan, dan bahkan dan koboi, dan mereka sering mengambil pendekatan yg
mengadu ke arah peperangan. Mereka mungkin termasuk kisah tawanan perang,
cerita operasi militer, dan pelatihan.
Genre Barat
Western adalah genre mendefinisikan
utama dari industri film Amerika – pidato untuk hari-hari awal perbatasan
Amerika luas. Mereka adalah salah satu, genre tertua paling abadi dengan plot
yang sangat dikenali, elemen, dan karakter (enam senjata, kuda, kota berdebu
dan jalan, koboi, India, dll). Seiring waktu, westerns telah ditetapkan
kembali, menciptakan kembali dan diperluas, diberhentikan, ditemukan kembali,
dan palsu.
Film Dokumenter (Documentary Films)
Dokumenter adalah sebutan yang
diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang
perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam
tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan
kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert
Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif
merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in Cinema Studies, 1996,
hal 72). Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya
tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui
berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film
dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan
propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap
berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul
berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama (docudrama).
Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program documenter tentang keragaman alam dan budaya.
Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film documenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau (Miles Production, 1995). Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi. Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List.
Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu, film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program documenter tentang keragaman alam dan budaya.
Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film documenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu Pulau (Miles Production, 1995). Dokudrama ini ternyata disukai oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara (Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi. Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood. Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List.
Film Cerita Pendek (Short Films)
Durasi film cerita pendek biasanya
di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika
Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium
eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian
memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para
mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin
berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang
mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini
dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)
Film dengan durasi lebih dari 60
menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya
termasuk dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan
berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga
180 menit.
Film kartun
Film kartun dalam sinematografi
dikategorikan sebagai bagian yang integral film yang memiliki ciri dan bentuk
khusus. Film secara umum merupakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek
yang bergerak. Gambar obyek tersebut kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dan
memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup.
Film kartun dalam sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling berkesinambungan. Gambar-gambar ini digerakkan secara kesinambungan untuk menghasilkan gerakan yang hidup.
Dari serangkaian gambar ini berubah menjadi aksi yang secara terus-menerus. Sehingga tampak seperti gerakan sesungguhnya yang hidup dan menarik. Salah satu ciri film kartun menurut Brown adalah : “They present action in continuity as if occures, or as it can be purposely changed to provide some special visual experiences essential to understanding”.Adalah sangat istimewa dan mengagumkan hingga dapat menyerupai gambar hidup.
2. Bentuk dan Tema Film Kartun
Masyarakat memang lebih mengenalnya sebagai film kartun ketimbang film animasi. Film jenis itu juga selalu dikonotasikan sebagai tontonan lucu dan menghibur. Semua itu tak lepas dari sejarah kelahirannya.
Riwayat film animasi sama tua dengan sejarah gambar hidup itu sendiri. Berkat jasa Walt Disney, film jenis itu tampil sebagai tontonan yang sangat populer, baik lewat layar bioskop maupun televisi.
Lewat tokoh legendaris ciptaannya, Mickey Mouse dan Donald Duck, film animasi kemudian lebih dikenal sebagai film kartun. Kata kartun dari bahasa Inggris cartoon yang berarti gambar yang lucu.
Jadi sebutan film kartun sebenarnya hanya pas untuk film-film produk Walt Disney, yang memang menampilkan tokoh-tokoh dengan bentuk, perilaku, dan dialog yang kocak. Meski anak-anak kadang terlihat tegang saat menonton.
Film kartun dalam sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling berkesinambungan. Gambar-gambar ini digerakkan secara kesinambungan untuk menghasilkan gerakan yang hidup.
Dari serangkaian gambar ini berubah menjadi aksi yang secara terus-menerus. Sehingga tampak seperti gerakan sesungguhnya yang hidup dan menarik. Salah satu ciri film kartun menurut Brown adalah : “They present action in continuity as if occures, or as it can be purposely changed to provide some special visual experiences essential to understanding”.Adalah sangat istimewa dan mengagumkan hingga dapat menyerupai gambar hidup.
2. Bentuk dan Tema Film Kartun
Masyarakat memang lebih mengenalnya sebagai film kartun ketimbang film animasi. Film jenis itu juga selalu dikonotasikan sebagai tontonan lucu dan menghibur. Semua itu tak lepas dari sejarah kelahirannya.
Riwayat film animasi sama tua dengan sejarah gambar hidup itu sendiri. Berkat jasa Walt Disney, film jenis itu tampil sebagai tontonan yang sangat populer, baik lewat layar bioskop maupun televisi.
Lewat tokoh legendaris ciptaannya, Mickey Mouse dan Donald Duck, film animasi kemudian lebih dikenal sebagai film kartun. Kata kartun dari bahasa Inggris cartoon yang berarti gambar yang lucu.
Jadi sebutan film kartun sebenarnya hanya pas untuk film-film produk Walt Disney, yang memang menampilkan tokoh-tokoh dengan bentuk, perilaku, dan dialog yang kocak. Meski anak-anak kadang terlihat tegang saat menonton.
Film animasi kini mengalami
perkembangan luar biasa. Temanya tak selalu lucu. Walt Disney pernah merajai
pasaran animasi dengan memproduksi tema-tema mengharukan macam Cinderella, The
Hunchback of Nottredam, Snow White, Sleeping Beauty, dan Alice in the
Wonderland.
Bahkan tak sedikit pula film animasi yang menampilkan kisah petualangan yang menegangkan, contohya Shrek, Titan A.E., dan Atlantis: The Lost Empire, yang belum lama ini diputar di Semarang.
Film yang menyajikan gambar animasi yang sangat hidup itu meraih sukses ketika diputar di bioskop mancanegara. Namun pemasaran di Indonesia kurang bagus. Penonton di sini masih lebih menyukai aktor sungguhan ketimbang gambar coret.
Namun bukan berarti tak ada pasar film animasi di Indonesia. Film jenis itu, terutama produksi Jepang, saat ini mendominasi tayangan televisi dengan segmen penonton anak-anak dan banyak beredar dalam bentuk VCD.
Film animasi sekarang tidak hanya menghidupkan hasil coretan tangan. Yang dianimasikan juga boneka (The Muppet Show, Stingray, dan Si Unyil) serta gambar-gambar digital yang disebut animasi matriks atau animax (Toys Story).
Bahkan tak sedikit pula film animasi yang menampilkan kisah petualangan yang menegangkan, contohya Shrek, Titan A.E., dan Atlantis: The Lost Empire, yang belum lama ini diputar di Semarang.
Film yang menyajikan gambar animasi yang sangat hidup itu meraih sukses ketika diputar di bioskop mancanegara. Namun pemasaran di Indonesia kurang bagus. Penonton di sini masih lebih menyukai aktor sungguhan ketimbang gambar coret.
Namun bukan berarti tak ada pasar film animasi di Indonesia. Film jenis itu, terutama produksi Jepang, saat ini mendominasi tayangan televisi dengan segmen penonton anak-anak dan banyak beredar dalam bentuk VCD.
Film animasi sekarang tidak hanya menghidupkan hasil coretan tangan. Yang dianimasikan juga boneka (The Muppet Show, Stingray, dan Si Unyil) serta gambar-gambar digital yang disebut animasi matriks atau animax (Toys Story).
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2236902-pengertian-film-kartun/#ixzz2Cdax8S4M
(Sumber : http://www.perpuskita.com/jenis-jenis-film/121/ )
Makasih infonya, gan. Bermanfaat banget artikelnya, ane ada rekomendasi film dewasa produksi luar negeri nih gan
ReplyDelete