Informasi
atau data dapat ditransmisikan melalui kabel dengan memanfaatkan sifat-sifat
fisika, seperti tegangan atau arus listrik. Dengan menggunakan nilai tegangan
atau arus sebagai fungsi waktu f(t), kita dapat membuat model tingkah laku
sinyal dan menganalisisnya secara matematis. Di bagian ini kita akan membahas
tentang apa itu informasi, data, sinyal dan cara menganalisisnya.
- 1. Informasi
Informasi
adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membentuk pemahaman manusia yang
diperlukan dalam bertindak. Manusia berbicara, berjalan, beraktivitas
didasarkan pada pemahamannya. Sementara pemahaman dibentuk dari serangkaian
informasi yang diperolehnya.
Mengapa
Teknologi Informasi atau IT (Information Technology) begitu populer saat ini?
Jawabannya karena informasi itu sendiri yang sangat penting bagi manusia.
Bayangkan jika Anda mengetahui informasi arus lalu lintas sebelum pergi kerja
atau kuliah. Bayangkan jika kita tahu informasi akan terjadi badai Tsunami jauh
hari sebelumnya. Bayangkan jika kita tahu informasi soal-soal yang akan keluar
dalam ujian esok hari. Ya, informasi sangat penting buat kita.
- 2. Data
Data adalah
bentuk mentah dari informasi. Tidak semua data bisa menjadi informasi, tetapi
semua informasi pasti membutuhkan data. Hubungan data dan informasi dapat
digambarkan seperti piramida berikut:
Dalam sistem
digital, data berbentuk urutan bit 0 dan 1. Karena manusia hanya dapat memahami
data dalam bentuk angka, huruf , suara dan gambar, maka dibuatlah konversi dari
data yang difahami manusia ke data yang difahami komputer atau perangkat
digital lainnya. Sebagai contoh, huruf “b” dalam bentuk digital adalah 01100010
jika menggunakan konversi ASCII.
Untuk
memperdalam tentang metode konversi dibutuhkan pembahasan khusus, yang mana
kita tidak akan membahasnya di sini. Dalam mata kuliah ini, kita menganggap
data sudah dalam bentuk digital, yaitu sederetan bit 0 dan 1.
- 3. Sinyal
Sinyal
adalah besaran dalam fungsi waktu, f(t). Besaran yang dimaksud bisa berupa
tegangan listrik, cahaya atau gelombang elektromagnetik. Tergantung dari media
transmisi yang digunakan.
Agar data
dapat ditransmisikan dalam media transmisi, maka data tersebut harus diubah
terlebih dahulu dalam bentuk sinyal.
Ada dua
macam sinyal, yaitu:
- Sinyal digital, yaitu sinyal dengan
nilai diskrit.
Ukuran
kecepatan simbol dinyatakan dengan bitrate, dalam satuanbps, yaitu jumlah bit dalam satu
detik.
Contoh: bit
10110100 dalam bentuk sinyal digital adalah seperti berikut:
Gambar
2.2 Sinyal Digital
- Sinyal analog, yaitu sinyal dengan nilai
kontinyu.
Contoh:
Gambar 2.3
Sinyal Analog
- Bit
dan Simbol
Bit adalah
nilai digital, 0 dan 1.
Bit stream adalah
deretan bit yang dikirim, contoh: 10110100.
Simbol adalah
modulasi bit dalam sinyal analog.
2.2 MODULASI
Modulasi adalah
proses konversi sinyal digital ke sinyal analog. Alatnya bernama modulator. Demodulasi adalah
proses konversi sinyal analog ke sinyal digital. Alatnya bernama demodulator. Modem adalah
alat yang mampu melakukan modulasi dan demodulasi secara bergantian.
Modulasi
diperlukan untuk meningkatkan lebar pita sinyal sehingga cukup tahan terhadap
gangguan selama pentransmisian.
Ada beberapa
macam teknik modulasi, diantaranya adalah:
- Amplitude Modulation (AM)
a(t) = a0 untuk
bit 0, dan a1 untuk bit 1
Contoh: Data
10110100 dengan bit rate = 1 bps, f = 4 Hz, a0 = 1 dan a1=4
Gambar 2.4
Amplitude Modulation (AM)
Demodulasi
AM dilakukan dengan mengukur tegangan sinyal tiap simbol interval lalu
membandingkannya dengan nilai ambang (threshold) untuk menentukan apakah bit 0
atau 1.
- Frequency Modulation (FM)
a(t) = a,
konstan
f(t) = f0 untuk
bit 0 dan f1 untuk bit 1
Contoh: Bit
stream 10110100, bit rate = 1 bps, a = 1, f0 = 3 Hz, f1 =
4 Hz
Gambar 2.5
Frequency Modulation (FM)
Demodulasi
FM dilakukan dengan menggunakan dua buah filter masing-masing dengan frekuensi
cut off f0 dan f1. Sinyal akan lolos dari filter
apabila frekuensi sinyal sesuai dengan frekuensi cutoff filter. Jika sinyal
lolos dari filter pertama (frekuensi cut off f0) maka dinyatakan
sebagai bit 0, sebaliknya adalah bit 1.
- Differential Phase Shift Keying (DPSK)
Amplituda
dan frekuensi bernilai konstan, namun phase berubah menyesuaikan bit.
Contoh: Bit
stream 10110100, bit rate = 1 bps, a = 1, f = 2 Hz.
Gambar 2.6
Differential Phase Shift Keying (DPSK)
Demodulasi
DPSK dilakukan dengan menggunakan perangkan PLL (Phase Locked Loop) . PLL
menggunakan referensi sinyal sinusoidal pembawa, lalu mendeteksi phase sinyal
yang diterima, jika phase-nya sama dengan referensi, maka dianggap bit 0, jika
sebaliknya maka bit 1.
2.3 ANALISIS SINYAL DENGAN TRANSFORMASI
FOURIER
Terkadang
tingkah laku dari sinyal sulit untuk dianalisa jika menggunakan domain waktu.
Untuk itu dibutuhkan analisis sinyal dalam bentuk lain, misalnya adalah
frekuensi. Dan inilah yang akan kita bahas pada bagian ini.
Pada awal
abad ke-19, seorang ahli matematika Prancis, Jean Baptiste Fourier telah
membuktikan bahwa sebuah fungsi periodik, g(t), dengan periode T dapat dibentuk
dengan menjumlahkan harga-harga (mungkin sampai tak terhingga) sinus dan
cosinusnya:
Dimana:
f=1/T adalah frekuensi dasar dan a dan b adalah amplitudo sinus dan cosinus
harmonik ke-n.
Karena sinus
dan cosinus hanya berbeda dalam phase, maka persamaan di atas dapat ditulis
ulang menjadi:
dimana:
f =
frekuensi dasar atau frekuensi fundamental
j = angka
harmonik
aj =
amplituda dari komponen frekuensi ke-j
Φj =
phase dari komponen frekuensi ke-j
a0 =
amplituda dari komponen frekuensi 0 Hz, atau disebut komponen DC.
Persamaan
ini disebut deret Fourier. Dari deret Fourier, fungsi dapat diturunkan; yaitu,
bila periode T diketahui dan amplituda ditentukan, maka fungsi asal waktu dapat
diketahui dengan membentuk penjumlahan.
Dengan
menggunakan deret Fourier, sinyal dapat direpresentasikan dalam dua cara:
- Representasi dalam domain waktu, g(t)
sebagai fungsi waktu.
- Representasi dalam domain frekuensi,
amplituda a dan phase Φ sebagai fungsi frekuensi. Representasi domain
frekuensi ini disebut juga sebagai spektrum sinyal.
2.4 LEBAR PITA (BANDWIDTH)
Ukuran lain
yang penting dalam komunikasi data adalah lebar pita atau bandwidth. Lebar
pita sebuah sinyal adalah area frekuensi dimana seluruh daya sinyal
terkonsentrasi. Biasanya dibuat nilai ambang tertentu, dimana daya sinyal masih
terkategori maksimal. Nilai ambang ini disebut Cut Off, yang nilainya dari
daya maksimum. Frekuensi pada nilai cut off disebut frekuensi cut off.
Perhatikan
gambar berikut:
Gambar 2.7
Lebar Pita (Bandwidth)
Frekuensi
cut off berada di f1 = 7 KHz dan f2 =14
KHz. Ini berarti lebar pitanya = 7 Khz yaitu f2 – f1.
Selain
sinyal, media transmisi (seperti kabel telpon, koaksial dan lain-lain) juga
memiliki lebar pita tertentu. Ini mengandung arti bahwa sinyal yang bisa
dialirkan melalui media transmisi tersebut harus berada dalam area bandwidth
media transmisi. Jika tidak, maka sinyal akan rusak.
Sebagai
ilustrasi, kabel telpon memiliki lebar pita dari 300 Hz sampai 3400 Hz.
Sementara sinyal digital memiliki lebar pita yang sangat rendah, yaitu sekitar
0 Hz. Oleh karena itu untuk mentransmisikan sinyal digital lewat kabel telpon,
Anda harus memodulasinya menggunakan Modem agar lebar pitanya menyesuaikan
lebar pita kabel telpon. Di sinilah pentingnya modulasi dan demodulasi.
2.5 MEDIA TRANSMISI
Transmisi
dari sebuah sinyal membutuhkan media transmisi tertentu. Umumnya media ini
berbentuk kabel, namun pada aplikasi tertentu dapat berupa gelombang radio,
microwave ataupun cahaya. Pada bagian ini akan dipaparkan beberapa media
transmisi yang paling sering digunakan.
- 1. Dua
Kabel Terbuka (Two Wire Open Lines)
Ini
merupakan media transmisi yang paling sederhana. Dua buah kabel yang terisolasi
dibiarkan terbuka tanpa selubung. Kemampuan transmisinya sampai 50 meter dengan
kecepatan bit yang rendah, yaitu sekitar 19,2 Kbps.
Gambar 2.8
Dua Kabel Terbuka
Karena
keterbatasan jarak dan bitrate, media transmisi ini jarang digunakan untuk
menghubungkan antar DTE. Dua kabel terbuka biasanya digunakan untuk
menghubungan DTE ke perangkat DCE (Data Circuit terminating Equipment), seperti
modem.
Keterbatasan
jarak dan bitrate ini disebabkan oleh pengaruh gelombang elektromagnetik yang
ditimbulkan satu kabel ke kabel lain. Fenomena ini dikenal dengan istilah crosstalk.
Semakin panjang kabel, maka pengaruh crosstalk semakin parah. Oleh karena itu
penggunakan kabel terbuka semacam ini hanya baik untuk jarak pendek.
- 2. Twisted
Pair
Untuk
mengurangi efek crosstalk, maka kabel yang pararel seperti di atas dibuat
terpilin (twisted). Jenis media transmisi seperti ini disebut Twisted Pair.
Pengaruh dari pilinan ini menjadikan kabel twisted pair mampu digunakan sampai
jarak 100 meter dan bitrate 10 Mbps.
Ada dua
macam kabel twisted pair, yaitu Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded
Twisted Pair (STP). Bedanya adalah kalau STP menggunakan selubung di luarnya,
sementara UTP dibiarkan terbuka.
3. Kabel Koaksial (Coaxial Cable)
Faktor utama
yang membatasi kabel twisted pair adalah kapasitas dan fenomena yang dikenal
dengan skin effect. Semakin
tinggi bit rate (juga frekuensi) sinyal yang ditransmisikan, arus listrik hanya
mengalir di bagian luar dari permukaan kabel, karenanya media transmisi tidak
digunakan secara optimal. Akibatnya kapasitas media pun menurun. Ini seperti
pipa air yang tersumbat, yang menyebabkan air yang keluar menjadi kecil.
Untuk
aplikasi yang membutuhkan kecepatan bit rate lebih dari 1 Mbps, dibutuhkan
media transmisi yang kebal terhadap skin effect ini. Di sinilah kabel koaksial
mampu melakukannya.
Kabel
coaxial terdiri dari kawat tembaga keras sebagai intinya, dikelilingi oleh
suatu bahan isolasi. Bahan isolasi ini dibungkus oleh konduktor silindris, yang
sering kali berbentuk jalinan anyaman. Konduktor luar ditutup dalam sarung
plastik protektif.
Kabel
koaksial mampu melayani kecepatan bit rate sampai 2 Giga bps untuk jarak 1 km.
Kabel yang lebih panjang pun sebenarnya bisa digunakan, akan tetapi hanya akan
mencapai bit rate yang lebih rendah.
Gambar 2.10
Kabel Coaxial
- 4. Serat
Optik (Fibre Optic)
Tiga media
transmisi sebelumnya menggunakan arus listrik sebagai sinyal yang
ditransmisikan. Sekarang, telah dikembangkan media transmisi yang menggunakan
cahaya sebagai sinyalnya. Media tersebut dikenal dengan serat optik atau fibre
optic.
Sistem
transmisi optik memiliki tiga komponen: sumber cahaya, media transmisi dan
detektor. Secara konvensional, pulsa cahaya menyatakan bit 1, sementara bila
tidak ada cahaya berarti bit 0. Media transmisi berbentuk lempengan kaca dengan
daya pantul maksimum yang berbentuk sangat halus. Sementara detektor digunakan
untuk mengalirkan arus listrik manakala cahaya jatuh kepadanya.
Terdapat dua
sumber cahaya yang dapat digunakan pada serat optik, yaitu LED (Light Emitting
Diode) dan laser semikonduktor. Serat optik mampu mentransmisikan data sampai
beberapa Gbps dengan jarak sampai 30 km.
Gambar 2.11
Kabel Fiber Optic
- 5. Satelit
Sampai sini
kita baru membicarakan media transmisi dalam bentuk kabel, baik menggunakan
sinyal dalam bentuk arus listrik maupun cahaya. Namun, data juga dapat
ditransmisikan melalui media tanpa kabel atau nirkabel (wireless). Salah
satunya adalah melalui gelombang elektromagnetik. Teknologi satelit merupakan
salah satu perangkat yang menggunakan gelombang elektromagnetik ini dalam
bentuk gelombang microwave.
Gelombang
microwave dipancarkan dari bumi melalui stasiun bumi, kemudian ditangkap oleh
satelit melalui penampang yang bernamatransponder. Lalu oleh satelit
ditransmisikan ulang ke stasiun bumi yang lain. Jadi, satelit hanya berfungsi
sebagai kurir dari data yang dikirim antar stasiun bumi. Oleh karenanya kita
mengkategorikan satelit sebagai salah satu media transmisi.
Sebuah
satelit memiliki lebih dari satu transponder, masing-masing melayani untuk pita
frekuensi tertentu yang digunakan oleh pengguna/klien tertentu. Lebar pita
satelit standar bisa sampai 500 Mhz dan mampu melayani data dengan bit rate
tinggi melalu teknik yang disebut multiplexing.
Gambar 2.12
Satelit
- 6. Gelombang
Radio
Gelombang
radio dengan frekuensi rendah juga bisa digunakan sebagai media transmisi. Ini
biasanya digunakan untuk daerah yang sulit menggunakan kabel, seperti daerah
gedung perkantoran atau pedesaan yang antara satu DTE dengan DTE lain terhalang
sungai dan gunung.
Untuk area
yang cukup luas digunakan perangkat bernama base station untuk membantu menghubungkan antar DTE. Cara
penggunaan gelombang radio untuk komunikasi data seperti ini yang digunakan
oleh telpon selular.
sumber : http://10110058.blog.unikom.ac.id/transmisi-data.4e4
No comments:
Post a Comment