Rata-rata pengguna awal radio adalah para maritim, yang menggunakan radio
untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat.
Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada
Rusia saat Perang Tsushima pada tahun 1901. Salah satu penggunaan yang paling
dikenang adalah saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk
komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dengan kapal terdekat dan
komunikasi ke stasiun darat. Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan
komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang
Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika
kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Program
14 Titik Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang.
Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat radio,
terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran titik-ke-titik,
termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an
dan 1930-an Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah untuk
mengembangan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan
radar. Sekarang, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel,
komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum televisi
terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan
banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
A. Radio
AM
Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip memodulasikan
gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombangg ini sama-sama memiliki
amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian mengubah amplitudo
gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitudo gelombang audio.
Pada tahun 1896 ilmuwan Italia, Guglielmo Marconi mendapat hak paten atas
telegraf nirkabel yang menggunakan dua sirkuit. Pada saat itu sinyal ini hanya
bisa dikirim pada jarak dekat. Namun, hal inilah yang memulai perkembangan
teknologi radio. Pada tahun 1897 Marconi kembali mempublikasikan penemuan bahwa
sinyal nirkabel dapat ditransmisikan pada jarak yang lebih jauh (12 mil).
Selanjutnya, pada 1899 Marconi berhasil melakukan komunikasi nirkabel antara
Perancis dan Inggris lewat Selat Inggris dengan menggunakan osilator Tesla.
John Ambrose Fleming pada tahun 1904 menemukan bahwa tabung audion dapat
digunakan sebagai receiver nirkabel bagi teknologi radio ini. Dua tahun
kemudian Dr. Lee deForest menemukan tabung elektron yang terdiri dari tiga
elemen (triode audion). Penemuan ini memungkinkan gelombang suara
ditransmisikan melalui sistem komunikasi nirkabel. Tetapi sinyal yang ditangkap
masih sangat lemah. Barulah pada tahun 1912 [[Edwin Howard Armstrong menemukan
penguat gelombang radio disebut juga radio amplifier. Alat ini bekerja dengan
cara menangkap sinyal elektromagnetik dari transmisi radio dan memberikan
sinyal balik dari tabung. Dengan begitu kekuatan sinyal akan meningkat sebanyak
20.000 kali perdetik. Suara yang ditangkap juga jauh lebih kuat sehingga bisa
didengar langsung tanpa menggunakan earphone. Penemuan ini kemudian menjadi
sangat penting dalam sistem komunikasi radio karena jauh lebih efisien
dibandingkan alat terdahulu. Meskipun demikian hak paten atas amplifier jatuh
ke tangan Dr. Lee deforest. Sampai saat ini radio amplifier masih menjadi
teknologi inti pada pesawat radio.
Awalnya penggunanaan radio AM hanya untuk keperluan telegram nirkabel.
Orang pertama yang melakukan siaran radio dengan suara manusia adalah Reginald
Aubrey Fessenden. Ia melakukan siaran radio pertama dengan suara manusia pada
23 Desember 1900 pada jarak 50 mil (dari Cobb Island ke Arlington, Virginia)
Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran radio komersial
karena kualitas suara yang buruk.
B.
Radio FM
Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip yang serupa dengan
radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio (penghantar) dengan gelombang
audio. Hanya saja, pada radio FM proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada
frekuensi.
Ketika radio AM umum digunakan, Armstrong menemukan bahwa masalah lain
radio terletak pada jenis sinyal yang ditransmisikan. Pada saat itu gelombang
audio ditransmisikan bersama gelombang radio dengan menggunakan modulasi
amplitudo (AM). Modulasi ini sangat rentan akan gangguan cuaca. Pada akhir
1920-an Armstrong mulai mencoba menggunakan modulasi dimana amplitudo gelombang
penghantar (radio) dibuat konstan. Pada tahun 1933 ia akhirnya menemukan sistem
modulasi frekuensi (FM) yang menghasilkan suara jauh lebih jernih, serta tidak
terganggu oleh cuaca buruk.
Sayangnya teknologi ini tidak serta merta digunakan secara massal. Depresi
ekonomi pada tahun 1930-an menyebabkan industri radio enggan mengadopsi sistem
baru ini karena mengharuskan penggantian transmiter dan receiver yang memakan
banyak biaya. Baru pada tahun 1940 Armstrong bisa mendirikan stasiun radio FM
pertama dengan biayanya sendiri. Dua tahun kemudian Federal Communication
Comission (FCC) mengalokasikan beberapa frekuensi untuk stasiun radio FM yang
dibangun Armstrong. Perlu waktu lama bagi modulasi frekuensi untuk menjadi
sistem yang digunakan secara luas. Selain itu hak paten juga tidak kunjung
didapatkan oleh Armstrong.
Frustasi akan segala kesulitan dalam memperjuangkan sistem FM, Armstrong
mengakhiri hidupnya secara tragis dengan cara bunuh diri. Beruntung istrinya
kemudian berhasil memperjuangkan hak-hak Armstrong atas penemuannya. Barulah
pada akhir 1960-an FM menjadi sistem yang benar-benar mapan. Hampir 2000
stasiun radio FM tersebar di Amerika, FM menjadi penyokong gelombang mikro
(microwave), pada akhirnya FM benar-benar diakui sebagai sistem unggulan di
berbagai bidang komunikasi.
C. Radio
internet
Penemuan internet mulai mengubah transmisi sinyal analog yang digunakan
oleh radio konvensional. Radio internet (dikenal juga sebagai web radio, radio
streaming dan e-radio) bekerja dengan cara mentransmisikan gelombang suara
lewat internet. Prinsip kerjanya hampir sama dengan radio konvensional yang
gelombang pendek (short wave), yaitu dengan menggunakan medium streaming berupa
gelombang yang kontinyu. Sistem kerja ini memungkinkan siaran radio terdengar
ke seluruh dunia asalkan pendengar memiliki perangkat internet. Itulah sebabnya
banyak kaum ekspatriat yang menggunakan radio internet untuk mengobanti rasa
kangen pada negara asalnya. Di Indonesia, umumnya radio internet
dikolaborasikan dengan sistem radio analog oleh stasiun radio teresterial untuk
memperluas jangkauan siarannya.
D. Radio satelit
Radio satelit mentransmisikan gelombang audio menggunakan sinyal digital.
Berbeda dengan sinyal analog yang menggunakan gelombang kontinyu, gelombang
suara ditransmisikan melalui sinyal digital yang terdiri atas kode-kode biner 0
dan 1. Sinyal ini ditransmisikan ke daerah jangkauan yang jauh lebih luas
karena menggunakan satelit. Hanya saja siaran radio hanya dapat diterima oleh
perangkat khusus yang bisa menerjemahkan sinyal terenkripsi. Siaran radio
satelit juga hanya bisa diterima di tempat terbuka dimana antena pada pesawat
radio memiliki garis pandang dengan satelit pemancar. Radio satelit hanya bisa
bekerja yang tidak memiliki penghalang besar seperti terowongan atau gedung.
Oleh karena itu perangkat radio satelit banyak dipromosikan untuk radio mobil.
Untuk mendapat transmisi siaran yang baik, perlu dibuat stasiun repeater
seperti di Amerika agar kualitas layanan prima.
Perangkat yang mahal (karena menggunakan satelit) membuat sistem ini
komersil. Pendengar harus berlangganan untuk dapat mendengarkan siaran radio.
Meskipun begitu kualitas suara yang dihasilkan sangat jernih, tidak lagi
terdapat noise seperti siaran radio konvensional. Selain itu sebagian besar isi
siaran juga bebas iklan dan pendengar memiliki jauh lebih banyak pilihan kanal
siaran (lebih dari 120 kanal).
Perusahaan penyedia satelit radio dunia adalah Worldspace yang melayani
siaran radio satelit di Amerika, Eropa, Asia, Australia, dan Afrika. Worldspace
memiliki tiga satelit yang melayani wilayah berbeda. Di Indonesia, samapai
tahun 2002 Worldspace telah bekerja sama dengan RRI, Radio trijaya, Borneo Wave
Channel (Masima Group), goindo.com dan Kompas Cyber Media sebagai pengisi
konten layanan radio satelit dengan menggunakan satelit Asia Star. mbs fm suci
manyar gresik.
E. Radio
berdefinisi tinggi (HD Radio)
Radio yang dikenal juga sebagai radio digital ini bekerja dengan
menggabungkan sistem analog dan digital sekaligus. Dengan begitu memungkinkan
dua stasiun digital dan analog berbagi frekuensi yang sama. Efisiensi ini
membuat banyak konten bisa disiarkan pada posisi yang sama. Kualitas suara yang
dihasilkan HD radio sama jernihnya dengan radio satelit, tetapi layanan yang
ditawarkan gratis. Namun untuk dapat menerima siaran radio digital pendengar
harus memiliki perangkat khusus yang dapat menangkap sinyal digital.
Sejarah Radio di
Indonesia
A. Radio Republik
Indonesia.
Melalui situsnya dijelaskan bahwa RRI atau Radio Republik Indonesia secara
resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya
aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6
radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam, Jakarta, menghasilkan
keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman
Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan
suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang
berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri
Prasetya RRI.
Penghapusan Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid
dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan government owned radio ke arah
Public Service Boradcasting dengan didasari Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun
2000 yang ditandatangani Presiden RI tanggal 7 Juni 2000.
Saat ini RRI memiliki 52 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus
yang ditujukan ke Luar Negeri dengan didukung oleh 8500 karyawan. Kecuali di Jakarta,
RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu
Programa daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan,
Programa Kota (Pro II) yang melayani masyarakat di perkotaan dan Programa III
(Pro III) yang menyajikan Berita dan Informasi (News Chanel) kepada masyarakat
luas. Di Stasiun Cabang Utama Jakarta terdapat 6 programa yaitu programa I
untuk pendengar di Propinsi DKI Jakarta Usia Dewasa, Programa II untuk segment
pendengar remaja dan pemuda di Jakarta, Programa III khusus berita dan
Informasi, Programa IV Kebudayaan, Programa V untuk saluran Pendidikan dan
Programa VI Musik Klasik dan Bahasa Asing. Sedangkan "Suara
Indonesia" (Voice of Indonesia) menyelenggarakan siaran dalam 10 bahasa.
B. Sekilas Sejarah Amatir Radio di
Indonesia
Kegiatan Amatir radio merupakan kegiatan orang-orang yang mempunyai hobby
dalam bidang tehnik transmisi radio dan elektronika, kegiatan ini disahkan,
diatur dan diawasi secara global baik oleh Badan-badan telekomunikasi
international seperti ITU dan IARU maupun oleh badan telekomunikasi nasional
disetiap negara. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatannya mereka mempunyai
dan berlandaskan KODE ETIK AMATIR RADIO.
Kegiatan amatir radio di Indonesia dimulai pada tahun 1930-an ketika
Indonesia masih dalam jajahan Belanda atau Hindia Belanda. Sangat sedikit orang
yang dipercaya oleh kekuasaan untuk memiliki izin amatir radio saat itu. Dua
diantara mereka yang disebut-sebut sebagai pelopor adalah : Rubin Kain (YB1KW)
yang izinnya didapat tahun 1932. Beliau telah meninggal pada tahun 1981. Yang
kedua adalah B. Zulkarnaen (YB0AU) yang izinnya didapat pada tahun 1933. Beliau
juga telah meninggal pada tahun 1984.
Semua aktifitas amatir radio dihentikan pada saat pendudukan Jepan dan
Perang Dunia II, namun ada dari sebagian mereka yang tetap nekat beroperasi
dibawah tanah untuk kepentingan Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun 1945, proklamasi kemerdekaan RI disiarkan ke seluruh dunia dengan
menggunakan sebuah pemancar radio revolusioner yang dibuat sendiri oleh seorang
amatir radio yang bernama Gunawan (YB0BD). Jasa YBoBD ini diakui oleh
Pemerintah dan sebagai penghargaannya, pemancar radio buatan Gunawan tersebut
di simpan di Museum Nasional Indonesia.
Selanjutnya, kegiatan amatir radio diselenggarakan kembali pada tahun 1945
sampai dengan 1949. Namun karena alasan keamanan dalam negeri, pada tahun 1950,
pemerintah melarang kegiatan amatir radio hingga tahun 1967. Landasan pelarang
itu adalah Undang-undang No. 5/1964 yang menegaskan hukuman yang sangat berat
bagi mereka yang memiliki pemancar radio tanpa izin.
Pada tahun 1966, amatir radio memperjuangkan kepentingannya kepada
pemerintah agar amatir radio dapat diselenggarakan kembali di Indonesia.
Akhirnya, dengan Peraturan Pemerintah No. 21/1967, pemerintah mengizinkan
kembali kegiatan amatir radio.
lalui Konferensi Amatior Radio yang pertama pada tgl. 9 Juli 1969 di
Jakarta, didirikan organisasi yang bernama Organisasi Radio Amatir Republik
Indonesia (ORARI). Pada Munas ORARI tahun 1977, nama organisasi dirubah menjadi
Organisasi Amatir Radio Indonesia dengan singkatan yang sama hingga sekerang.
Terbentuknya ORARI dapat dikatakan berawal di Jakarta dan Jawa Barat atau
pulau Jawa pada umumnya dan diprakarsai oleh kegiatan aksi mahasiwa , pelajar
dan kaum muda, diawal tahun 1965 sekelompok mahasiwa publistik yang tergabung
dalam wadah KAMI membentuk radio siaran perjuangan bernama Radio Ampera, mulai
saat itu juga bermunculanlah radio siaran lainya seperti Radio Fakultas Tehnik
UI, Radio Angkatan Muda, Kayu Manis, Draba, dll.
Sudah tentu semua radio siaran itu merupakan siaran yang tak memiliki izin
alias Radio gelap. Sadar karena semakin banyaknya radio siaran bermunculan yang
memerlukan suatu koordinasi demi tercapainya perjuangan ORBA maka dibentuklah
pada tahun 1966 oleh para mahasiwa suatu wadah yang diberi nama PARD (Persatuan
Radio Amatir Djakarta) diantaranya terdapat nama-nama koordinatornya seperti
Willy A Karamoy. Ismet Hadad, Rusdi Saleh, dll.
Di Bandung juga terbentuk PARB. Bagi anggota yang hanya berminat dalam bidang
teknik wajib menempuh ujian tehnik dan bagi kelompok radio siaran disamping
perlu adanya tehnisi yang telah di uji juga wajib menempuh ujian tehnik siaran
dan publisistik. Setelah itu kesemuanya diberi callsign menggunakan prefix X,
kode area 1 s/d 11 dan suffix 2 huruf sedangkan huruf suffix pertamanya
mengidentifikasikan tingkat keterampilannya A s/d F seperti X6AM, X11CB dsb
sedangkan untuk radio siaran diberi suffix 3 huruf.
Pada mulanya PARD merupakan wadah bagi para amatir radio dan sekaligus radio
siaran . Sehingga pada saat itu secara salah masyarakat mengidentikan Radio
amatir sebagai radio siaran non RRI. Karena adanya tingkatan keterampilan, PARD
saat itu juga menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat. Disamping itu terdapat
juga para Amatir era 1945-1952 yang tergabung dalam PARI (Persatoean Amatir
Repoeblik Indonesia 1950), diantaranya terdapat nama - nama , Soehodo †.
(YBØAB), Dick Tamimi †. (YBØAC), Soehindrio (YBØAD), Agus Amanto † (YBØAE), B.
Zulkarnaen †. (YBØAU), Koentojo † (YBØAV) dll. Diantara mereka ternyata ada
juga yang menjadi anggota PARD seperti, (YBØAE) dan (YBØAU).
C. Radio
Siaran Swasta
RSSNI sebagai wadah organisasi radio swasta di Indonesia menuliskan bahwa
keberadaan radio siaran di Indonesia, mempunyai hubungan erat dengan sejarah
perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi
kemerdekaan, maupun didalam dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan
masyarakat yang demokratis, adil dan berkemakmuran.
Di zaman Penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola warga asing
menyiarkan program untuk kepentingan dagang, sedangkan radio siaran swasta yang
dikelola pribumi menyiarkan program untuk memajukan kesenian, kebudayaan,
disamping kepentingan pergerakan semangat kebangsaan. Ketika pendudukan Jepang
tahun 1942, semua stasiun radio siaran dikuasai oleh pemerintah, programnya
diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah
kepada Sekutu 14 Agustus 1945 para angkasawan pejuang menguasai Radio Siaran
sehingga dapat mengumandangkan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke
seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa
pemerintahan Orde Lama tahun 1965, Radio Siaran hanya diselenggarakan oleh
Pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI.
Secara defacto Radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai
perkembangan profesionalisme “radio amatir” yang dimotori kaum muda diawal Orde
baru tahun 1966; secara yuridis keberadaan radio siaran swasta diakui, dengan
prasyarat, penyelenggaranya ber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non
Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio
siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya.
sumber : http://agusbaha07.blogspot.com/2012/10/sejarahpenemu-dan-perkembangan-radio.html
sangat lengkap sekali infonya
ReplyDeletelogo oriflame indonesia