Posting ini didapat karena ada
komplain pelanggan astinet 1 mbps, tapi ketika diujicoba hanya mendapatkan max
512kbps untuk Internasional dan 1 mbps untuk domestik / lokal. Dan saya pun
pernah posting awalan tentang perbedaan antara KiloBytes dan kilobits. Terjadi
metode penghitungan dan pengertian tentang Bandwidth yang didapat antara pihak
pelanggan dan Multimedia Telkom, akhirnya keluarlah artikel seperti berikut ini
yang beredar di milis internal Telkom.
“Apakah yang dimaksud bandwidth, speed dan throughput?
Apakah ketiganya merupakan hal yang sama? Bagaimana mengukurnya?. Pertama-tama,
kita perlu melihat definisi bandwidth dan throughput menurut versi Wikipedia:
“Bandwidth is
a data rate measured in bits per second”.
“Throughput is
average rate of successful message delivery over a communication channel. These
data may be delivered over a physical or logical link, or pass through a
certain network node”.
Throughput inilah yang selama ini
oleh pandangan awam dikenal sebagai SPEED, karena indikator di layar komputer
memang besaran inilah yang paling jamak ditampilkan. Secara umum keduanya
diukur dalam ‘bit per second’ (bps) — ingat, b kecil yang berarti bit,
dibanding B besar yang berarti Byte (1 Byte = 8 bit). Jika kita mendownload
suatu file dari internet biasanya akan ditampilkan throughput dalam KByte/s,
sehingga untuk mengetahui berapa throughput dalam Kbps mesti dikalikan dengan
‘8’, sehingga relevan dengan ‘janji’ ISP (Internet Service Provider) yang
banyak memberikan ukuran service internet mereka ke pelangan dengan besaran
Kbps atau Mbps.
Sebenarnya apakah yang dijanjikan
oleh ISP tersebut? Bandwidth ataukah throughput? Dalam penjelasan berikutnya
akan kita kupas hal ini lebih mendalam. Bandwidth tidak terlalu sukar untuk
dimengerti, karena diukur dari sisi ISP yang berupa device-edge ROUTER dengan customer-edge CPE (Customer
Premises Equipment) bisa berupa modem, router atau switch. Jadi ISP akan
memberikan koneksi physical berupa ‘pipa’ yang mempunyai kemampuan untuk
dilewati trafik usage sebesar yang diminta oleh customer. Koneksi physical ini
bisa wired maupun wireless. Misalnya pelanggan akan cukup diberikan koneksi
dengan akses copper-wire untuk nx64Kbps dengan modem xDSL, atau mungkin dengan
fiber optik untuk permintaan di atas 2Mbps, atau dengan akses lastmile dan
besaran lainnya dalam T1/E1, T3/E3, DS3 atau mungkin bahkan STM1 dan
seterusnya.
Jadi ISP hanya menyediakan ‘bandwidth’
berupa pipa dengan ‘diameter tertentu’ yang siap diisi apa saja oleh customer
sesuai dengan jumlah rupiah yang dibayarkan, istilah kerennya dalam bidang IT
telekomunikasi adalah dumb-pipe. Oo, ternyata demikian, lalu bagaimana customer
bisa diyakinkan bahwa memang mereka memperoleh bandwidth sesuai dengan apa yang
mereka bayar? Mungkin akan ada yang berkata pilihlah ISP yang kredibel, pasti
mereka tidak akan berlaku tidak fair dengan cara mencurangi customer. Opini
tersebut sah-sah saja, mengingat banyaknya ISP baik yang legal maupun ilegal di
Indonesia ini yang beroperasi. Namun kita akan mencoba menjawabnya secara lebih
elegan sebagai berikut.
dah menjadi salah kaprah selama ini
customer mengukur bandwidth dengan cara pengukuran throughput/speed, karena
cara inilah yang nampaknya paling mudah dilakukan. Banyak situs web yang dengan
gampang bisa di-browse customer untuk melakukan ‘test speed’ semisalwww.speedtest.net, www.speakeasy.net,
dan masih banyak lagi. Hasilnya tentu akan serupa tapi tak sama. Serupa karena
memang baik bandwidth maupun throughput seperti telah dijelaskan sebelumnya
diukur dalam satuan ‘bps’ yang sama. Tidak sama karena tentu hasil
akhirnya bisa mendekati atau malah jauh berbeda. Mengapa bisa begitu?
Throughput atau biasa disebut secara awam sebagai SPEED, akan membutuhkan sedikit perhitungan teknis dalam
penjelasannya. Kondisi yang mempengaruhi pengukuran adalah adanya TCP window
size sebesar 64Kbytes di tiap perangkat yang dilalui, dan RTT (Round Trip Time)
antara 2 node yang akan diukur throughputnya. Rumus yang dipakai adalah:
Max. Throughput = TCP Window Size / Round-trip time
*)Catatan:
diasumsikan tidak terjadi kongesti dan paket loss antara node
Saya tidak akan berpanjang lebar
menjelaskan apa itu TCP Window size dan Round-trip time. Cukup diketahui bahwa
TCP Window size atau RWIN (TCP Receive Window) adalah buffer data yang dapat
diterima komputer tanpa memberikan ‘acknowledge’ ke sender, besarnya adalah
64Kbyte/s. Sedangkan Round-trip time atau RTD (Round-trip Delay Time) adalah
waktu tempuh antar dua node (bolak-balik) yang dibutuhkan sinyal atau paket
data. Dua ilustrasi di bawah akan menceritakan dan menjelaskan tentang
throughput secara lebih mudah:
Sebuah Server X di Jakarta dengan
bandwidth tersedia DS3 (45Mbps) akan diakses oleh sebuah Komputer A di Denpasar
dengan bandwidth tersedia 2Mbps. Hasil ping diperoleh RTT 30ms. Berapa maksimum
speed atau throughput yang bisa diperoleh Komputer A tersebut?
Perhitungan menjadi sebagai berikut:
TCP throughput Denpasar <-> Jakarta = (64000 * 8) /
0,03 = 17Mbps
Jadi kesimpulannya pelanggan Komputer A di Denpasar bisa
‘merasakan’ secara maksimal full speed/throughput di 2Mbps karena masih di
bawah limit maksimum TCP Throughput (17Mbps).
Bagaimana bila ilustrasinya diubah, Server X di Jakarta
tersebut akan diakses dari Komputer B di Jayapura yang berlanganan bandwidth 2Mbps.
Hasil ping diperoleh RTT 600ms (backbone satelit).
Perhitungan menjadi:
TCP Throughput Jayapura <-> Jakarta = (64000 * 8) /
0,6 = 853Kbps
Woo, artinya customer 2Mbps (Komputer B) di Jayapura tidak
akan pernah memperoleh hasil ‘test speed’ 2Mbps ke server X di Jakarta, karena
maksimal TCP throughput yang bisa didapat hanya 800-anKbps.
Apakah ini artinya customer di
Jayapura tidak bisa merasakan bandwidth 2Mbps? Tentu tidak demikian, Komputer B
di Jayapura tetap bisa membebani bandwidth 2Mbps miliknya dengan cara membuat
konkuren koneksi ke Server X. Karena perhitungan maksimum TCP throughput
853Kbps adalah untuk satu koneksi. Atau gampangnya 2Mbps/853Kbps = 2,4
koneksi atau user atau host, sehingga optimalnya mesti ada lebih dari 2 koneksi
atau user atau host konkuren di Jayapura yang bisa digunakan untuk menghasilkan
pembebanan/usage yang maksimal pada bandwidth 2Mbps.
Itulah sebabnya dalam pengukuran bandwidth yang riil, lebih
digunakan UDP (User Datagram Protocol) daripada TCP (Transmission Control
Protocol). Pengukuran bandwidth dengan mode UDP lebih valid dan sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Aplikasi yang bisa digunakan untuk kepentingan
tersebut adalah IPERF (http://sourceforge.net/projects/iperf/), bahkan
jitter, packet loss, latency/delay pun bisa diukur dengan aplikasi gratis ini.
Kesimpulan dari beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
metode pengukuran bandwidth atau throughput (speed) adalah:
1. Komputer yang dipakai untuk melakukan pengetesan,
spesifikasi hardware dan software termasuk Operating System dan
aplikasi/browser.
2. Lebar bandwidth antara komputer dan situs/server yang
dituju.
3. Round-trip time (latency/delay) antara komputer dan
situs/server tujuan.
4. Waktu respons dari situs/server yang dilihat.
Demikian info yang diberikan dari milis, tapi sebagai
penjual kita tidak bisa mengasumsikan secara teknis seperti itu ke pelanggan,
karena pelanggan tetap harus dihadapi oleh bahasa “manusia”.
Perkenalan : K = 1024; k=1000; B=Bytes; b=bits.
Filesize (Berapa
besar file dalam komputer) biasanya disebut dengan nama “kilobytes”,
“megabytes” dan “gigabytes”.
Dalam perhitungan ini (binary, tapi bukan transfer data)
menggunakan “K” (huruf gede) adalah representasi dari 1024.
Contoh perbandingannya :
- 1 KB
(one KiloByte) = 1024 Bytes.
- 1 MB
(one MegaByte) = 1024 KiloBytes.
- 1 GB
(one GigaByte) = 1024MegaBytes.
Untuk data transfer biasanya diistilahkan dengan bits. dalam bits rate
perbandingannya seperti berikut ini :
- 1 kbps
= 1.000 bits per second.
- 1 Mbps
= 1.000.000 bits per second.
- 1 Gbps
= 1.000.000.000 bist per second.
kbps (kilobits/sec)
berarti seribu bit per second.
Mbps (megabits/sec)
berarti sejuta bit per second.
Gbps (gigabits/sec)
berarti semilyar bit per second.
tbps (terabits/sec)
berarti trillions bit per second.
contoh :
- Gigabit
Ethernet [1000Base-T] brarti bisa transfer data sampe 1000 mbps (1 gbps).
- 10Base-T
dapat melakukan transfer data 10 mbps.
- SATA
II (SATA-300) untuk komunikasi Serial ATA sampai 3 gbps.
bits and Bytes: 1
Byte = 8 bits; kbps* 0.1220703125 = KB/s.
Karena ada 8 bits dalam Bytes, untuk memperoleh bits-rate
(speed) dari bytes, kita harus mengalikan total Bytes dengan angka 8.
Untuk dapat nilai KB/s dari bit rates, kita harus membagi
total bits dengan 8, kemudian bagi dengan 1024
Untuk convert KB/s ke kbps (bit rates dari nilai Bytes )
persamaannya adalah sebagai berikut :
<K> KiloBytes * 1,024 = <t> total Bytes.
<t> total Bytes * 8 = <b> bits.
<b> bits / 1,000 = <k> kilobits.
<t> total Bytes * 8 = <b> bits.
<b> bits / 1,000 = <k> kilobits.
Berikut contoh perhitungan sistem kuota BW :
kita asumsikan kita berlangganan pada suatu ISP dengan Pola
kuota.
Misal kita memperoleh kuota :1 GB / bulan dan kita asumsikan BW kita Full 384 kbps. kuota tersebut kita geber dengan mendownload maksimal, maka akan diperoleh perhitungan kurang lebih seperti ini :
Misal kita memperoleh kuota :1 GB / bulan dan kita asumsikan BW kita Full 384 kbps. kuota tersebut kita geber dengan mendownload maksimal, maka akan diperoleh perhitungan kurang lebih seperti ini :
1 GB * 8 = 8 GB = 8000.000 kb.
8000.000 kb/384 kbps = 20.833 sec.
20.833 sec/60 = 347.222 minutes.
347.222 min/60 = 5,78 jam.
Jadi dengan langganan kuota 1 GB, maka dalam 5,78 jam kuota
kita akan habis, dan kelebihan pemakaian kuota kita akan dihitung per KB
biasanya. jadi silahkan diperkirakan berapa kita akan membayar tagihan dengan
kuota 1 GB.
Semoga bermanfaat.
sumber : http://dobelden.wordpress.com/2011/10/12/membedakan-bandwidth-speed-dan-throughput/
No comments:
Post a Comment