Pada tanggal 22 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan pembentukan Barisan Keamanan
Rakyat untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum di daerahnya masing –
masing . Dalam perebutan kekuasaan terhadap Jepang dan perlawanan terhadap
Sekutu serta untuk memperkuat perasaan keamanan umum disadari perlu suatu
Angkatan Bersenjata yang tangguh maka pada 5 oktober 1945 pemerintahan
mendekritkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat. Memang para pendiri negara
kesatuan republik Indonesia saat itu telah memiliki wawasan luas kedepan,karena
memang mereka terdiri dari para negarawan hasil didikan lembaga pendidikan standart
Eropa .Mereka yang juga sebagai diplomat-diplomat yang belum ada tandingannya
dengan para diplomat Indonesia sekarang,dengan tulus ikhlas tanpa pamrih dalam
mengenban tugas amat berat untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari
ancaman pasukan pemenang perang dunia kedua itu.
Mereka tanpa mengeluh apalagi minta
remunerasi yang tinggi sebagai dalih untuk meningkatkan pelayanannya kepada
bangsa dan negara,sehingga mereka dalam kesederhanaannya bisa meraih suatu
prestasi yang luar biasa . Mereka tidak mengenal adanya reces,studi banding
keluar negeri,ataupun minta berbagai fasilitas dari negara. Mereka seringkali
merangkap jabatannya,tetapi mampu melaksakan tugasnya masing-masing dengan
sanagat baik. Setelah kembali dari Vietnam ,Sukarno,Muhammad Hatta dan Rajiman
Wediodiningrat seiring menyerahnya Jepang kepada Sekutu ,15 Agustus 1945. Para
pemuda yang sebagian diantaranya sudah mengenyam berbagai latihan kemiliteran
Jepang dalam Seinendan,Kebodan,Heyho,Gyugun,Peta,Putera dan lasykar Rakyat seperti
Hizbullah,TRIP,dan lain-lain mendatangi Sukarno dan Hatta serta merta
menghendaki supaya jangan menunggu kemerdekaan pemberian Jepang,tetapi segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia sekarang juga.
Kemudian para pemuda diantaranya
terdapat Sukarni,Sayuti Malik,Wikana,Khairul Saleh dan lain-lain membawa
Sukarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok,untuk menghindari Kota Jakarta
yang sangat rawan menjelang pendaratan pasukan sekutu.Sementara Jepang sudah
menyerah,sehingga Jepang harus menjaga”staus Quo”tidak boleh ada gerakan-gerakan
tanpa ijin sekutu. Sesuai dengan perjanjian San Francisco dan Civil Affairs
Agreement ,maka Indonesia disertahkan kembali kepada Belanda dan hanya pasukan
Inggris dan Belanda saja yang mendarat di Indonesia.Dalam kostalasi
politik”Vacum of Power” tuntutan para pemuda tidak mungkin bisa
dilaksanakan,menyebabkan terjadi perdebatan sengit antara golongan tua dan muda
di Rengasdengklok.
Melalui perdebatan yang rada-rada
semakin memanas,maka datanglah Ahmad Subarjo yang berhasil menengahinya lalu
menjemput mereka kembali ke Jakarta .Rupanya Ahmad Subarjo ,salah seorang
diplomat ulung yang pernah dimiliki Indonesia selain Agussalim sebelumnya sudah
bernegoisasi dengan perwira Jepang,Laksamana Maeda.Di kediaman Maeda selanjutnya
di buat draf teks proklamasi yang kemudian di ketik oleh Sayute Malik,setelah
terjadi lagi polemik mengenai siapa yang berhak menandatangani teks proklamsi
tersebut.Dan akhirnya memang Sukarno dan Muhammad hatta yang menadatanginya
atas nama bangsa Indonesia,sebagaimana yang kita kenal dalam teks proklamasi
sekarang.
Setelah teks proklamasi selesai
maka terjadi lagi polemik mengenai waktu dan tempat dilaksanakan upacara
proklamasi kemeerdekaan yang sangat besar konsekuwensinya,karena melawan status
quo yang harus ditegakkan oleh Jepang atas intruksi Sekutu.Sementara waktu itu
keadaaannya sangat tegang,keamanan tidak menentu karena memang tidak ada
pemerintahan yang definitif.Namun tetap juga para pendiri negara Indonesia
tersebut tidak menghendaki pembentukan organisasi ketentaraan,selain hanya
lasykar -lasykar pemuda hasil didikan kemiliteran Jepang itu. Tetapi secara
militer mereka sudah sangat berpengalaman,bahkan lebih tangguh dari TNI
sekarang ini. Mengapa para pendiri negara belum membentuk angkatan bersenjata
untuk mengamankan prosesi yang sangat penting bagi lahirnya Indonesia waktu itu
? menurut berbagai informasi mereka sengaja belum membentuknya untuk
menghindari terjadinya konfrontasi dengan pasukan Jepang dan juga pasukan
sekutu.Selain itu mereka masih lebih mementingkan langkah-langkah poolitik
melalui diplomasi daripada militer. Karena memang mereka sangat unggul di
bidang dilpomasi ,soalnya para pendiri negara Indonesia tersebut terdiri dari
individu-individu yang sudah lulus” seleksi alam”perjuangan . Mereka sudah
keluar masuk penjara kolonial ,yang melahirkan mentalitas-mentalis kokoh
,tawakalla,istiqamah dalam berbagai hal.Mereka memasang badannya hanya untuk
negara ini,tanpa mengharapkan remunerasi apapun.
Dari jiwa raga yang tulus ikhlas
seperti itu melahirkan sifat-sifat religius dan kenegarawanan yang tinggi
sebagai modal dasar perjuangan mereka,yang mendorong mereka memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia tepat pukul 10 pagi 17 Agustus 1945 dengan pengibaran
bendera itu.Selanjutnya mereka tidak mengenal reces segera meghubungi para
pejuang lainnya untuk mengadakan Sidang esoknya 18 Agustus 1945.Dalam Sidang
PPKI itulah kemudian dipilih Sukarno dan Muhammad hatta sebagai Presiden dan
Wakil Presiden pertama Indonesia. Dalam sidang PPKI pula kemudian dibentuklah
berbagai kelengkapan negara,dan sebuah Partai Politik pertama yakni Partai
nasional Indonesia yang mengindikasikan,bahwa Indonesia kedepan berbentuk
negara republik yang demokratis dan lebih mengutamakan perjuangan diplomati persuasif
daripada kekerasan yang repressif.
Walaupun demikian ada jujga
pihak-pihak yang menuding,bahwa kemerdekaan Indonesia itu merupakan hadiah
Jepang didasarkan atas BPUPKI yang di bentuk Jepang .Konsekuwensinya
kelompok-kelompok “Bangsawan”yang merupakan para pejabat kolonial Belanda akan
kehilangan jabatannnya jika Indonesia merdeka,makanya mereka tidak senang
Indonesia merdeka. Kelompok itulah yang menyebarkan fitnah,bahwa Indonesia yang
baru saja di proklamirkan itu merupakan sebuah negara pro Jepang yang artinya
lawan Sekutu. Untuk melawan propaganda mereka tersebut,maka para pendiri bangsa
dan negara Indonesia dengan sangat briliyannya membentuk negara demokratis yang
buktinya adanya Partai Politik dalam Sidang PPKI,bukan dari Sidang BPUPKI yang
sebelumnya di bubarkan pasca usai menyusun draf-draf UUD 1945 dan munculnya
Pancasila.Dan untuk menghindari konfrontasi dengan pasukan Jepang dan
Sekutu,mereka belum juga membentuk angkatan bersenjata ,yang
mengidentifikasikan bahwa Indonesia memang negara yang lebih mengutamakan
perdamaian daripada lainnya.
Setelah perlengkapan negara selesai
di bentuk,maka KNIP membantu tugas-tugas kenegaraan yang dijalankan oleh
Presiden dan kabinetnya . Baru kemudian Presiden dan jajarannya setelah melalui
suatu pertimbangan strategi politik yang matang ,maka tepat 45 hari setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di susunlah organisasi
kemiliteran yang berasal dari lasykar-lasykar pejunag yang tidak diragukan
loyalitasnya terhadap Indonesia meskipun mereka berasal dari berbagai etnit
,sosial budaya ,agama dan ideologinya beragam pula.Karenanya tanggal 5 Oktober
1945 diperingati sebagai hari lahirnya TNI yang sebelumnya merupakan lasykar
rakyat seperti TKR,BKR,TRIP,Hizbullah,dan lainnya bersatu dalam satu wadah
angkatan bersenjata republik Indonesia(ABRI)yang sekarang TNI.
Dirgahayu TNI ke 66 ,semoga tetap jaya dan nkuat dalam
mengawal bangsa dan negara. Sejarah Orba ditulis seolah ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia) paling berjasa dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Padahal ketika bangsa Indonesia merebut kemerdekaannya,
ABRI belum lahir, yang ada ketika itu badan-badan perjuangan yang menghimpun
barisan pemuda. Dari barisan pemuda sipil inilah lahir laskar rakyat yang memegang
senjata sebagai hasil perebutannya dari tangan tentara Jepang dengan menyabung
nyawa. Perebutan senjata tentara Jepang di berbagai tempat serta pertempuran
pertama melawan tentara Inggris (dan Belanda) di Surabaya dan tempat lain,
sepenuhnya dilakukan oleh para pemuda dan laskar rakyat, ketika ABRI atau TNI
belum lahir. Maka menurut analisis ilmuwan politik Daniel Dhakidae, “Ketika
masyarakat [sipil] mempersenjatai dirinya untuk berjuang maka itulah ABRI;
ketika anggota ABRI menjagal jenderal-jenderalnya sendiri [1 Oktober 1965] maka
itu adalah tindakan “partai”, suatu organisasi sipil ….PKI
….”
….”
Atas inisisiatif KNI (Komite
Nasional Indonesia) dibentuk BKR (Barisan Keamanan Rakyat), suatu badan sipil.
Pada 5 Oktober 1945 Sukarno-Hatta mengeluarkan maklumat yang “berusaha
menyusun” TKR (Tentara Keamanan Rakyat), yang pembentukannya memakan waktu.
Selanjutnya baru TRI (Tentara Republik Indonesia) lahir pada Mei 1946, lalu
menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Tentara resmi yang jumlahnya terbatas
bahu membahu dengan seluruh barisan pemuda, pelajar dan laskar rakyatlah yang
berhasil mempertahankan kemerdekaan yang hendak dirusak oleh serbuan tentara
Belanda. Perang kemerdekaan sama sekali bukan monopoli ABRI, perang itu
dilakukan seluruh rakyat, sebagian di antaranya tergabung dalam laskar rakyat
bersenjata seperti PRI, BPRI, Barisan Banteng, Hisbullah, Pesindo dsb. ABRI
dalam sejarahnya merupakan tentara yang dibentuk dari para bekas Peta, Heiho,
laskar rakyat dan juga sejumlah perwira KNIL yang berpihak pada proklamasi
kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Agustus 1945.
Perang gerilya hanya dapat
dilakukan oleh dukungan rakyat tani di pedesaan yang memberikan perlindungan
dan pasokan bahan makan serta bantuan yang lain. Bersama itu pula terdapat
dukungan kaum buruh dan kaum pencinta Republik di perkotaan dan daerah
pendudukan musuh. Tanpa dukungan kaum tani, tidak akan ada perang gerilya.
Pendeknya perang gerilya merupakan perang seluruh rakyat anti penjajahan. Di
samping itu ada bagian yang melakukan perjuangan diplomasi. Selama rezim Orba,
ABRI telah disalahgunakan sebagai alat kekuasaan rezim yang mengontrol seluruh
aspek kehidupan rakyat dan bangsa, nama ABRI telah dilumuri segala hal buruk
yang berhubungan dengan kekuasaan yang sewenang-wenang dan segala macam pelanggaran
HAM. Sejak reformasi nama baik itu hendak diperbaiki dengan memulihkan nama
TNI. Tentu saja penggantian nama tidaklah serta merta dapat mengubah segalanya
yang buruk.
Menurut Letjen TNI (Purn) Kiki
Syahnakri (2008), “Secara kualitatif profesionalisme TNI (terutama AD) sudah
lama mengalami penurunan akibat terlalu lamanya TNI tercebur dalam kolam
politik praktis hingga menumpulkan profesionalisme, menggerus keterampilan
militer serta menggerogoti karakter keprajuritan sejati”. Wadah kesatuan Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian Republik Indonesia, yang
berdasarkan Keppres No. 225/Pit/I 962 bertugas menjaga stabilitas keamanan di
dalam negeri dan menyediakan kekuatan militer yang cukup agar Indonesia berada
pada posisi yang kuat di dunia internasional sehingga tidak mudah diserang
negara lain. Dalam menjalankan tugasnya itu, ABRI memiliki
dwifungsi, yaitu fungsi di bidang sosial politik serta pertahanan dan keamanan.
Pergantian Pimpinan.
Pada tahun 1990—1995 beberapa kali
terjadi pergantian pada pucuk pimpinan ABRI. Pada bulan Februari 1993, Jenderal
Try Sutrisno, yang sejak 1988 menjabat sebagai pangab, menyerahkan jabatan
tersebut kepada Jenderal Edi Sudradjat, yang ketika itu menjabat KSAD. Upacara
serah terima dilangsungkan di mabes ABRI Ciiangkap. Dengan diangkatnya Edi
Sudradjat menjadi pangab, terjadiiah alib generasi pimpinan ABRI dan
angkatan45 ke angkatan pasca-45, yaitu era generasi Akademi Militer Nasional
(AMN), sebab Edi Sudradjat adalah lulusan penama AMN tahun 1960. Dalam Kabinet
Pembangunan VI (dilantik 19 Maret 1993) Edi Sudradjat dipercaya untuk menjabat
menteri pertahanan dan keamanan, sehingga ia sempat memegang tiga jabatan
rangkap (menhankani, pangab, dan KSAD). Sebulan kemudian barulah jabatan
panglima ABRI diserahkan kepada Jenderal Feisal 5Tanjung, sedang jabatan KSAD
diserahkan kepada Letjen Wismoyo
Pada bulan Pebruari 1994, Pangab
Jenderal Peisal Tanjung mengadakan mutasi di beberapa jabatan tinggi ABRI dan
menaikkan pangkat sejumlah perwira tinggi. Rangkaian mutasi dan promosi ini
dimulai dengan pergantian kasospol ABRI, dan Flaryoto P.S. kepada Letjen H.R.
Hartono. Rangkaian mutasi kembali dilakukan pada bulan Februari 1995 dengan
pergantian pejabat KSAD, dan Jenderal Wismoyo Anismunandar kepada Jenderal H.R.
Hartono. Insiden. Adanya gangguan keamanan dalam tahuntahun terakhir menimbulkan
beberapa insiden yang mendapat sorotan tajam di dalam negeni maupun di luar
negeni. Yang paling besar di antaranya adalah gangguan dan GPK di Timtim yang
menimbulkan Peristiwa Dili. Peristiwa Dili 12 November 1991 merupakan tamparan
keras bagi ABRI. peristiwa itu menyebabkan Panglima Komando Pelaksana Operasi
Timor Timur Brigjen R.S. Warouw diberhentikan secara hormat dan dinas ABRI
karena dianggap bersalah dalam kasus itu. Sedangkan Pangdam IX/Udayana
Polemik tentang Dwifungsi.
Pada bulan Januari 1992 terjadi
polemik antara Jenderal (purn.) Soemitro dan Panglima ABRI Jenderal
Try Sutrisno mengenai dwifungsi ABRI. Soemitro melontarkan gagasan pemisahan
antara ABRI dan pusat kekuasaan. Menurut Soemitro, ABRI perlu mengkaji ulang
peranannya sebab masa krisis sudah berlalu. Dwifungsi ABRI, yang berasal dan
ide Jenderal Abdul Hans Nasution pada tahun 1950, lahir dan proses awal ketika
ABRI berjuang bersama rakyat. Ia menginginkan ABRI membatasi keterlibatannya
dalam urusan-urusan sipil.
sumber : http://dangstars.blogspot.com/2013/10/sejarah-abri-angkatan-bersenjata-republik-indonesia.html
No comments:
Post a Comment